HIKMAH DI BALIK KEJADIAN
Bencana alam serta hikmah di baliknya
K |
efanaan dan kesementaraan hidup dan alam ini, dapat kita buktikan betapa manusia tidak akan berdaya menghadapi berbagai cobaan dan terjadinya bencana alam. Alam yang semula indah dan ramah dengan segala isi kekayaannya yang dapat tiba-tiba berubah menjadi beringas dan menakutkan. Bencana memang terjadi secara tiba-tiba dan di luar persangkaan manusia. Ketika bencana datang, sadarlah manusia bahwa mereka makhluk yang lemah, mereka dengan segera menyebut nama Tuhannya sambil memanjatkan doa-doa agar diselamatkan.
Kita tentu masih ingat betapa besarnya bencana alam yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, yakni gelombang tsunami yang melanda Aceh dan Sumatera Utara. Pada waktu pagi hari Minggu itu, terjadi gempa berkekuatan 9,3 SR di dasar laut, yang kemudian disusul secara tidak terduga dengan naiknya gelombang laut setinggi 30 meter. Gempa dan tsunami ini dalam waktu bersamaan juga dialami sejumlah negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Hanya dalam waktu sekejap, gelombang laut tsunami telah menewaskan 185.000 jiwa manusia.
Di balik bencana tsunami yang terjadi di Aceh, dan sejumlah kejadian dan cerita yang menakjubkan, betapa Allah SWT berkuasa dan berkehendak atas semua kejadian. Di daerah Meulaboh, di antara puing-puing rumah penduduk yang rata dengan tanah, sebuah mesjid masih berdiri dengan kokoh. Demikian pula yang terjadi di kota propinsi, komplek Masjid Raya Banda Aceh yang letaknya tidak jauh dari pantai justru luput dari terjangan ombak, bahkan mesjid ini menjadi tempat penduduk berlindung dan mereka selamat. Areal pemakaman para alim ulama dan kelompok ulma-aulia dilaporkan juga terhindar dari luapan air laut. Ada anak-anak bocah yang terampung berhari-hari lamanya di lautan, kemudian ditemukan oleh nelayan dan selamat. Di Srilangka, berdasarkan laporan wartawan, meskipun banyak korban jiwa manusia yang bergelimpangan, tetapi anehnya sangat sedikit dari binatang yang ikut mati.
Berdasarkan catatan sejarah, di Cina juga pernah terjadi dua kali gempa yang sangat besar. Tahun 1556, di Shanxi terjadi gempa yang memakan 830.000 korban jiwa. Di Tangshan pada tahun 1976, gempa menyebabkan 243.000 orang dilaporkan tewas. Di Tokyo, Jepang pada ahun 1923 terjadi gempa dahsyat yang menyebakan tewasnya 140.000 jiwa. Gempa yang terjadi di Iran pada tahun 1978 menyebakan 250.000 penduduk meninggal dunia.
Sebagaimana halnya Amerika Latin dan Jepang, Indonesia adalah negara yang rawan terjadi gempa. Gempa terjadi akibat pergerakan dan gesekan pada pertemuan dua lempeng lapisan bumi yang berbeda. Pantai barat pulau Sumatera, Jawa, NTT, sampai ke daerah Maluku adalah merupakan jalur wilayah gempa. Tentu ini harus selalu diwaspadai.
Tentang bencana akibat gunung meletus, tentu mengingatkan kita akan nama Krakatau. Gunung yang terletak pada permukaan laut sekitar Selat Sunda, yang pada tahun 1883 letusannya membuat gempar dunia. Letusan Krakatau menyebabkan terjadinya gelombang laut yang menenggelamkan kapal-kapal nelayan sekitar Laut Jawa dan Samudera Indonesia. Dari kawahnya menyemburkan larva dan asap yang ketinggiannya mencapai 25 km, debunya asap itu berterbangan mencapai langit benua Eropa dan Amerika. Diperkirakan sekitar 37.000 orang meninggal waktu itu.
Sebenarnya ada letusan gunung yang lebih dahsyat dari Krakatau, yaitu letusan Gunung Tambora. Gunung yang terletak di pulau Sumbawa, NTB ini meletus pada tahun 1815, konon suara letusannya sampai terdengar pada jarak lebih 2000 km. Abu vulkanisnya jatuh sampai ke Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan kepulauan Maluku, dan menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang. Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia, yaitu perubahan drastis cuaca Amerika Utara dan Eropa akibat awan panas yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini, banyak panen yang gagal dan kematian ternak yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19. Konon, letusan gunung ini telah “menguburkan” negeri sekitar Tambora, rumah-rumah beserta kebudayaannya, dimana berdasarkan penyelidikan arkeolog terakhir, kini berada sekitar 3 meter dari muka bumi.
Angin terbentuk karena adanya perbedaan suhu dan tekanan udara antar wilayah di muka bumi. Banyak sekali manfaat angin bagi kehidupan, terutama untuk mendistrubusikan suhu antara daerah kutub dan tropis. Angin juga berguna bagi nelayan dan kelancaran alat transportasi di laut, serta angin sekaligus juga berguna untuk membantu perkawinan tanaman. Tentang manfaat angin bagi kehidupan digambarkan oleh Allah dalam Al Qur’an :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintahNya dan supaya kamu dapat mencari karuniaNya, semoga kamu bersyukur. (QS : Ar Ruum, 46).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. (QS : Al Baqarah, 164).
Kebenaran Al Qur’an itu memang sangat terbukti secara dalam teori pengetahuan ilmiah. Perbedaan yang ekstrem antara suhu di kawasan kutub dengan wilayah tropis, sebagai akibat pemanasan matahari sepanjang tahun, akan menyebabkan meningkatnya arus kecepatan angin berhembus. Malahan bila terjadi selisih suhu 100 derajat celsius di antara kedua wilayah tersebut, hal ini dapat menyebabkan angin berkecepatan tinggi, 1000 km/jam. Ini tentu saja berisiko bagi umat manusia. Tetapi untunglah dengan adanya pegunungan, lembah-lembah dan perbukitan menyebabkan distribusi angin lebih merata dan tidak membahayakan karena kecepatannya akan terhalangi.
Angin juga dapat menjadi malapeta bagi kehancuran manusia dan hidupnya. Tidak sedikit angin menyebabkan bencana alam yang membahayakan dan sekaligus menakutkan, seperti tornado, angin puyuh, dan puting beliung. Bencana angin tornado sering terjadi berbagai wilayah negara di Benua Amerika. Tornado terjadi seperti pusaran angin (corong kondensi yang menyempit ke bawah) di atas permukaan bumi yang mengandung awan putih atau warna kegelapan, yang bila menyentuh tanah dapat menerbangkan semua benda-benda di sekitarnya, rumah-rumah, binatang ternak, mobil atau manusia sendiri. Badai tornado lebih banyak menimbulkan kerugian harta benda, ketimbang korban jiwa, bahkan mampu menghancurkan pemukiman dan kota-kota sekalipun. Kecepatan angin tornado mampu mencapai 500 km/jam, dengan luas jangkauan sekitar 1 mil.
Di Indonesia angin yang berpusar seperti tornado, mekipun kecepatan lebih rendah, disebut sebagai angin puting beliung atau angin puyuh. Sepanjang tahun ini (2007), seperti yang kita lihat lewat tayangan TV, badai puting beliung yang terjadi di berbagai daerah lebih sering terjadi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, (QS : Al Ahqaaf, 24).
Banjir yang terjadi akibat musim hujan juga merupakan bencana. Pada awal tahun 2007 yang lalu terjadi bencana banjir di Jakarta. Sebenarnya bagi untuk kota ini banjir adalah hal yang lumrah, karena datang hampir setiap tahun. Akan tetapi banjir yang dialami kali ini jauh lebih besar dibanding banjir yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Air sungai besar yang meluap merendam pemukiman, banyak anak-anak dan orang lanjut usia terancam kelaparan karena terjebak di loteng dan atap-atap rumah. Sekitar 80 orang tewas, karena terseret arus sungai. Bukan hanya korban jiwa, rumah-rumah yang berdekatan dengan sungai, hancur dan luluh lantak, komplek pabrik dan pusat infrastruktur industri tenggelam. Lebih kurang seminggu kota Jakarta lumpuh. Banjir yang merendam lebih dari separuh (60%) luas kota itu menyebabkan kerugian triliunan rupiah. Ratusan ribu warga kemudian terpaksa hidup di pengungsian.
Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang berakal. (QS : Al Jaatsiyah, 5).
Hikmah Dibalik Cobaan
Ketidakberdayaan manusia dalam hidup di dunia ini telah adalah bukti bahwa kehidupan di dunia ini adalah tidak sempurna dan bersifat fana. Maka tidak sepatutnya manusia mencintai dunia secara berlebihan. Bencana alam dan berbagai peristiwa nestapa yang terjadi merupakan cobaan bagi kita manusia dan banyak hikmah yang bisa dipetik bagi yang kita yang hidup dan diselamatkan Tuhan. Dengan berbagai cobaan hidup yang dialami itu kita akan semakin sadar akan kealpaan yang pernah kita perbuat di masa lampau, dan semakin menambah keimanan kita. Cobaan dan bencana dapat juga terjadi karena manusia sudah lalai dan berpaling dari perintah Tuhan, dan atau manusia sudah semena-semana berbuat kerusakan di muka bumi, tanpa mempedulikan lingkungan alam sekitar.
Dalam kejadian dari bencana tersebut terlihat kalau Allah berkehendak tidak ada kuasa manusia yang mampu menolak atau menghindar, dan sebaliknya kalau Allah tidak mengehendaki niscaya mereka akan hidup serta diselamatkan. Manusia tak mampu menghindari takdir yang sudah Allah SWT gariskan. Kemajuan teknologi yang dicapai oleh manusia kadang menimbulkan sifat sombong bagi sebagian orang, seakan dengan kemampuan tersebut mereka bisa menghindar atau menaklukkan alam (bencana).
Orang Jepang pernah membanggakan teknologi beton yang mereka kuasai, dimana kota-kota dan gedung tinggi dibangun dan dirancang dengan teknologi tahan gempa. Akan tetapi ketika terjadi gempa berkekuatan 7,3 SR yang melanda kota Kobe, gedung-gedung dan infrastruktur kota tersebut hancur berantakan dan ribuan orang tewas. Itulah gempa “termahal” dalam sejarah era modern (karena kerugian diperkirakan mencapai sekitar 10 trilun yen).
Contoh lain adalah peristiwa tenggelamnya kapal pesiar mewah Inggris bernama “Titanic” satu abad yang lalu. Inilah kapal pesiar terbesar dan paling mewah pada abad 20, yang oleh ahlinya dikatakan bahwa kapal ini dirancang dengan mesin yang sangat canggih dan tidak akan pernah bisa tenggelam. Tetapi apa yang terjadi, dalam perjalanan perdananya yang dipenuhi oleh berpesiarnya para kaum bagsawan dan keluarga kerajaan Inggris, setelah menghantam gunung es, kapal ini tenggelam bersama ribuan penumpangnya tewas . Kisah tragis ini kemudian diangkat ke layar lebar (film).
Atas dasar itu pula mustahil dan sia-sia manusia memikirkan bagaimana menciptakan teknologi dan infrastuktur yang tahan terhadap bencana. Lebih baik dan berguna yang mereka pikirkan adalah bagaimana tidak merusak lingkungan dan menjaga keseimbangan alam. Karena seringkali juga berbagai banjir dan longsor yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini disebabkan hutan yang sudal gundul. Dan yang jauh lebih penting tentunya menyadari bahwa manusia, kehidupan, dunia ini beserta isinya, dan alam semesta memiliki sifat yang fana dan sementara. Kehidupan yang kekal itu sesungguhnya adalah kehidupan akhirat (afterworld).
Belumlah bisa dikatakan beriman seorang muslim sebelum memperoleh ujian dari Tuhan dan kemudian dia ridha dan ikhlas menerimanya. Setidaknya itulah hikmah positif yang dapat dipetik dari kejadian dan bencana yang dialami.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS : Al-’Ankabut, 2-3).
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS : Al-Baqarah : 155)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar